script src="http://sites.google.com/site/amatullah83/js-indahnyaberbagi/bintang.hijau.js" type="text/javascript"

Selasa, 28 Juni 2016

Betapa Hancur Hatiku Saat Kecurigaanku Terhadap Suami Menjadi Kenyataan


Bercerai, dicampakkan, dan dikhianati, merupakan beberapa ketakutan yang dimiliki setiap manusia, khususnya wanita. Meski dalam beberapa kasus, masalah tersebut hadir dengan peringatan sebelumnya, namun Anda tetap tidak akan siap untuk menghadapinya bukan?
Sama halnya dengan Adinda, yang membagikan kisah pahitnya pada kami. Pernikahan yang masih seumur jagung harus berakhir begitu saja saat sang suami mengaku bahwa ia mencintai wanita lain.
Cinta pada pandangan pertama. Itulah yang dirasakan oleh Adinda saat pertama kali bertemu dengan Irfan dalam suatu kencan buta. “Saat itu aku bekerja di sebuah koperasi. Salah satu rekan kerjaku mengenal Irfan dan ia memperkenalkan kami berdua karena menurutnya kami akan sangat cocok. Aku dan Irfan pun bertemu untuk nonton film di bioskop dan makan malam. Sebagai mantan sales, Irfan sangat supel dan percaya diri. Sementara aku cenderung pemalu. Namun tanpa disangka, komunikasi kami berjalan dengan baik, begitu pula dengan hubungan kami,” cerita Adinda.

Pada perayaan tahun baru, Irfan pun melamar Adinda. “Dia memberiku beberapa kotak dengan berbagai ukuran. Dalam kotak yang paling kecil ada sebuah cincin emas cantik. Aku sangat gembira dan terharu. Saat itu yang kurasakan adalah rasa tidak sabar untuk segera menikah dengannya,” kenangnya.


Lamaran itu terjadi 6 tahun sebelum akhirnya pasangan ini membicarakan tentang pernikahan. “Meskipun aku sedikit gugup, namun aku sudah lama menantikan datangnya hari ini. Irfan dan aku akhirnya mengikat tali kasih setelah 7 tahun bertunangan, maka tentu saja ini sangat penting bagiku,” cerita Adinda. “Kami hanya mengundang 70 orang yang merupakan keluarga dan teman dekat. Aku mempersiapkan segala sesuatunya sendiri, termasuk membuat undangan, mendekorasi meja, dan mempersiapkan souvenir pernikahan. Aku memilih sendiri gaun. Sementara kue dan konsumsi pesta pernikahan dipersiapkan oleh rekan kerjaku,” tambahnya.

Pada kesempatan itu pula, Irfan yang bekerja di sebuah toko meminta izin Adinda untuk mengundang teman-temannya. Menurut Adinda, Irfan sering sekali membicarakan rekan kerjanya di toko, jadi Adinda akan senang sekali jika mereka hadir di hari spesialnya. Meskipun Adinda tidak masalah jika Irfan mengundang teman-temannya, namun ia merasakan firasat aneh saat Irfan mengatakan bahwa Yuni, salah satu rekan kerjanya juga akan hadir.

Irfan dan Adinda akhirnya melangsungkan pernikahan mereka. “Hari itu sangat mengagumkan, terutama saat kami mengucapkan janji pernikahan di hadapan semua tamu. Meski aku merasa sangat bahagia, namun aku juga tetap menyadari saat beberapa kali Irfan menghilang untuk bercengkerama dengan teman-temannya, termasuk Yuni. Beberapa kali aku juga melihat Yuni sedang melirik ke arahku. Aku mencoba untuk menyingkirkan semua pikiran negatif. Aku berusaha meyakini bahwa ia hanya ingin bersikap ramah pada teman-temannya. Selain itu, dia kan baru saja menikahiku,” katanya.

Namun tidak lama setelah tinta mengering di buku nikah keduanya, Irfan mulai menunjukkan perubahan sikap. Ia tampak mulai menjaga jarak dengan Adinda, bahkan kurang tertarik dalam berhubungan suami istri. “Awalnya aku kira itu karena ia terlalu lelah bekerja. Namun kemudian dia mulai sering menyebutkan nama Yuni dalam percakapan kami. Mereka sangat sering bertemu. Instingku berkata bahwa ada yang tidak beres. Aku tidak ingin membuat masalah dengan berpikiran yang tidak-tidak, namun aku merasa terancam oleh keberadaan Yuni.”

“Ia lebih muda, lebih langsing, dan lebih cantik dibanding aku. Aku sangat tidak nyaman jika membayangkan mereka sedang berduaan di rumah kami. Aku pernah menanyakan pada Irfan apakah ada sesuatu di antara mereka. Namun Irfan justru menertawakan kekhawatiranku. Yuni juga sudah punya kekasih, jadi menurut Irfan lucu jika aku bertanya seperti itu. Meski Irfan terus menekankan bahwa tidak ada hubungan apa-apa antara ia dan Yuni, tentu saja aku tetap merasa cemburu. Mau tidak mau aku mencoba untuk memendam kekhawatiran ini dalam-dalam,” kata Adinda.
“Lalu kekhawatiranku menjadi kenyataan…”
Pada suatu hari, sepulang dari kerja, Irfan mengatakan pada Adinda bahwa ada yang perlu dibicarakan. Pada kesempatan itulah Irfan mengakui bahwa ia sudah tidak mencintai Adinda lagi. “Ia mengatakan, ‘aku tidak mencintaimu lagi’, dan itu membuat hatiku hancur berkeping-keping. Ia juga mengatakan bahwa segala sesuatunya terasa tidak tepat kini. Usia kami terpaut cukup jauh, sehingga aku terasa lebih cocok menjadi adik dibanding istrinya. Pengakuannya menghantamku keras-keras, meski aku tahu itu adalah isi hatinya yang sebenarnya. Namun dari cara bicaranya, aku tahu bahwa ia belum mengungkapkan semua isi hatinya. Aku pun bertanya apakah ada wanita lain yang dicintainya? irfan mengangguk. Aku bertanya lagi, apakah wanita itu Yuni? Dan Irfan mengangguk

lagi. Hatiku semakin hancur,” kenang Adinda sedih.
Irfan bersumpah bahwa belum ada hubungan apapun dengan Yuni. Namun ia sudah mengakui perasaannya pada Yuni, dan Yuni mengaku bahwa ia memiliki perasaan yang sama. Irfan juga mengatakan bahwa ia ingin melihat ke mana hubungannya dengan Yuni berjalan. “Hatiku hancur. Kami baru saja menikah beberapa bulan, namun ia sudah meninggalkan aku demi wanita lain. Ada begitu banyak hal yang aku pikirkan. Aku juga tidak yakin aku bisa mempercayai apa yang ia katakan. Maksudku, bagaimana bisa kamu meninggalkan wanita yang sudah bersamamu selama 8 tahun terakhir demi wanita lain? Lebih buruknya lagi, ada beberapa orang yang mengatakan bahwa mereka sering melihat Irfan sedang bersama Yuni. Mereka berdua selalu bersama-sama.”

Lalu apa yang dilakukan oleh Adinda selanjutnya?
Meskipun patah hati, Adinda mencoba untuk tetap menjaga martabatnya dan menjaga hubungan baik dengan Irfan. Adinda bahkan menawarkan diri untuk keluar dari rumah itu, agar Irfan tidak perlu pindah. Adinda pun akhirnya keluar dari rumah itu dan tinggal bersama Shinta sahabatnya. Ia masih menjaga komunikasi dengan Irfan.

Beberapa bulan kemudian, Irfan bercerita bahwa Yuni telah memutuskan hubungan dengan kekasihnya, dan bahwa mereka telah bersama. Sekarang, setelah 2 tahun berlalu, Irfan masih bersama Yuni, sementara Adinda sedang menunggu proses perceraiannya selesai.
“Aku mengalami patah hati yang luar biasa saat itu. Bagaimana tidak, pernikahan yang aku kira baik-baik saja, ternyata tiba-tiba harus berakhir. Kini aku sedang berusaha untuk melupakan masalah itu. Namun saat aku melihat foto pernikahanku, dan melihat kami bertiga sedang tersenyum ke arah kamera, hatiku masih terasa sakit,” tutupnya.

Di sisi lain, Irfan membuat pengakuan yang cukup mengejutkan. Menurutnya, hubungan antara ia dan Adinda sudah berada di ambang kehancuran sebelum mereka menikah. Namun Irfan terlalu takut untuk membatalkan pernikahan. Ditambah Adinda sudah habis-habisan mempersiapkan pernikahan mereka dengan total, hingga ia tidak tega untuk membatalkannya.

“Aku sudah menyukai Yuni sebelum aku menikah. Namun tak lama setelah menikah, aku dan Yuni menyadari bahwa kami sangat saling menyukai satu sama lain. Sampai akhirnya aku menyadari bahwa meskipun aku telah menikah dengan Adinda, aku tidak ingin hidup bersamanya, karena aku mencintai wanita lain,” aku Irfan.


Kejam? Mungkin. Kisah ini mengingatkan saya pada pikiran yang dulu pernah saya miliki. ‘Bagaimana jika kamu menemukan belahan jiwamu setelah kamu menikah?’. Biarlah kisah ini tetap sekedar menjadi kisah, tanpa harus menimbulkan trauma atau ketakutan bagi Adinda dan pembaca semua.


0 komentar:

Posting Komentar